Welcome

Welcome

Kamis, 17 April 2014

Selamat Jalan, Teman


04-04-2014
Setiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan

"Rasanya hidup ga adil buat dia. Kenapa dia harus pergi secepat ini?" Itu yang gue pikir setelah kepergian dia. Dia, temen gue, temen kita, Mimi.

Awalnya ga percaya, gue kira dia ngibulin kita, kayak yang selalu dia lakuin. Sampai gue liat dengan mata kepala gue sendiri, kalo dia disana. Terbaring pucat, dibalik kain putih, di tengah kerumunan orang-orang terdekatnya. Gue liat temen-temen gue nangis. Sampai saat itu gue masih ga percaya. Gue berharap dia tiba-tiba bangun dan teriak, "April mooop!". Tapi dia ga bakal lakuin itu, ga akan bisa lagi.

Beberapa jam sebelumnya gue masih denger suaranya. Masih becandaan sama dia. Semuanya terasa kayak mimpi buat gue. Gue gabisa bayangin gimana perasaan keluarganya, sahabat, dan seseorang yang nganggep dia & dianggep spesial ama dia.

Kelas kita ga akan lengkap lagi tanpa dia. Beda rasanya ga ada dia. Ga ada lagi yang datang sepagi dia, ga ada lagi orang yang rela tangannya dijadiin kanvas,  ga akan ada lagi yang ngatain gue ngidolain banci, ga akan ada lagi temen yang kayak dia.

Muhammad Fahmi Perdana . Kacamatanya yang selalu ditaruh di atas kepala, kejahilannya, kratifitasnya, kepintarannya, kebaikannya, kata-katanya, dan semua tentang dia akan selalu kita ingat. We love you Mi, may Allah bless you and your family.